getar tremor jari menelanjangi tiap alfabet yang ini-ini lagi,mengoyak selebar mungkin lubang imajinasi,lalu menyetubuhi seluruh isi kepala dengan dan atasnama apa yang telah terlewati sebagai ada.
lalu aku menanyakan tentang apa yang aku cari pada ini semua,apa yang terangkum sebagai nada,rupa dan
warna.
menarilah segelinjang syahwat,kataku!
biar keringat terderai-derai lalu menguap menjadi hujan.
rasakan tiap kisah pada tetesnya,beribu atau berjuta mungkin gita yang akan dibawanya
dengar,dengar,dan dengar. bagaimana tik-tak jantungmu menerka itu semua??
sebongkah benak abu-abu itu bahkan tak pernah meninggalkan kepalamu.
namun aku tak mendengar keluhmu,atau kau memilih mempertanda segala dengan bingkai yang hanya kau sendiri yang mampu melihat?
hingga menit menggilas laju detik pada lelah jam pasir menemu gemericiknya.
aku tau,kita,jasad dan ruh ini dialamatkan menjadi 1 nyawa pada rotasi yang katanya berputar ini dengan tujuan.
yaitu mencari dan memakna apa yang dinamakan hidup dan segala tetek bengeknya
dan aku tau kita tak dicipta untuk mengeluh,
lalu kau menyeletup : "hidup terlalu singkat hanya kau lewati dengan keluhan"
hahahahahahahahaha,aku tau kau berkata atau bersabda sedemikian dirimu karena kau pun pernah menelan eskalasi atas kata-kata itu.
dan aku tau kau pernah meminum mentah-mentah asin airmatamu,
kau juga pernah menjilat anyir darahmu.
biar ini sesuai adanya kawan. karena tak ada guna kau terus menggenggam sayat atas perang yang telah kau lakukan pada hitam masa lalu.
tapi,angkat tinggi-tinggi pedangmu biar darah sisa pertempuran masih selimuti kilaunya lalu katakan dengan lantang "aku tak pernah malu menjadi hitam pada lalu,karena luka,tawa,darah ini adalah bagian proses perjalanan yang pernah aku lalui"
iya benar,bahkan sangat benar apa yang kau lafalkan kawan,
benar dunia ini satu tercipta bulat.
namun aku yakin,kau ataupun siapa saja yang menaunginya memiliki dunia sendiri pada dunia yang dikatakan berputar ini. dan gak pernah ada yang lebih baik,karena setiap orang masih memegang pedang atas perangnya sendiri.
gak ada yang lebih sempurna dari kata-kata sempurna itu sendiri,biar jejak-jejak itu kembali ditelan ombak. kembali tuju senja pada pesisir itu menemu hingga menemu fajar. karena jalan ini tak pernah tawarkan "belakang" sebagai tuju. angkat tinggi-tinggi pedangmu,dan biar,sejadi-jadi keringat bersatu dengan asin air laut itu.........
No comments:
Post a Comment