Thursday, February 10, 2011

Catatan Terakhir

catatan abstak ini menemu realis pada akhirnya,terimakasih Kau mempertemukan ujung yang sedemikian indah.

pada lumpuh kaki,beku darah,kering tiap inchi sel yang menemu hancur pada waktunya.

aku ingin mengucapkan selamat tinggal namun gagu lidah ini tak sampai padamu,

aku ingin memelukmu namun tiap retas tulang ini tak lagi menjanjikan hangat.

dan sampai padaku jua titik ini,

dimana aku tak menemu indah yang kau janjikan kala setibaku membumi.

aku hanya kau kenalkan pada anyir darah,asin keringat,dan jalanan abstrak pada hidup.

namun bukankah Kau mendefinisi segala indah,aku tak pernah mampu merabanya.

hingga tiap alfabet ini mengiring catatan terakhir aku masih saja ada dalam ke abu-abuanku.

sedemikian jauh tertempa aku oleh Alur yang Kau tentukan,aku hanya mampu menterjemah perih.

sampaikan igauan kasih pada orang-orang yang aku sayang jika akhirnya aku memilih untuk lebih cepat menemuiMu.

karena Kau yang katanya penulis konsep dari tiap-tiap apa yang menjadi jalan.



aku ingin menyampaikan 1 saja alasan atas apa yang aku pilih dan aku jalani.

aku menjadi seperti yang tak Kau inginkan,Memang.

namun perlu Kau tahu,ditiap peluh,darah,dan tatih langkah aku hanya selalu berharap padaMu.

karena aku tahu yang aku punya hanya Kau.

sudahlah,berbicara pada kehampaan ini tak menjanjikanku ruang untuk perbaiki segala hal.



hanya 1, aku pernah membuktikan padaMu.

aku pernah Kau tempatkan ditempat sedemikian asing dan menyakitkan dengan segala isi didalamnya.

namun aku mampu menyelesaikanya sebelum aku menjadi seperti sekarang.

aku pernah meminta segala yang baik atas apa yang terdekat sebagai subjek dalam hidupku walaupun aku harus menghiraukan tentang diriku sendiri.



aku ingin bisa bercerita banyak tentang segala amsal ini,hanya berdua denganMu.

katakan padaku,dimana aku dapat menemu Mu?



sementara Kau selalu datang dengan segala kebesaran dan keabstrakanmu.

aku tahu bahkan sangat-sangat tahu segala yang indah yang Kau buktikan.



indah biru laut itu pun hanya bias surya dari langit.

lukisan petir pada hitam langit itu hanya pertemuan segala unsur fisika

dan aku,hanya Kau lepas agar dapat memuliakan diriku dengan sesampai-sampainya aku pada derajat tertinggiku.



aku sudah mencapai alfabet Z dari segala ini,

airmata ini sudah kering bahkan aku lupa rasa tangisan seperti apa.



kini tuntun aku untuk menemu Mu



tak berguna rasanya hanya hidup dalam angan

aku punya setumpuk impian untuk membahagiakan orang-orang terkasih.



dan kalian yang pernah mengatasnamakan cinta,kalianlah pula yang mengenalkanku pada sekian banyak definisi proses.

apapun yang kalian predikatkan padaku tentang yang pernah kita jalani.

aku hanya selalu berharap agar kalian selalu dimuliakan atas segala cita dan cinta kalain kelak.

aku yang menjadi darah dan daging atas perantaraMu

aku bahagia pernah mengenal kalian berdua,

kelak kalian akan bahagia dan bukan denganku yang ada diantara kalian.



tak ada airmata didalam ini,

hanya gamang tanpa arah yang menggulir tiap tik tak ketik lemah jari-jari.



sedemikian ini segala diri,

karena setelah ini aku hanya dapat berharap

kelak jika kalian melihatku dalam apapun,kalian dapat mengatakan "Dia Sahabatku".

Be Together

dmana kini ku di sampaikan tempat ini sedemikian asing
kurasa pokok2 kayu yang merapuh disekelilingku.
dan kabut abu2 merajut ketidaktahuanku.
kemana kau kan membawaku kawan?
sebeban intuisi tak pernah berhenti
beratnya karna kau menempatkanku
pada jalan bersimpang ini.
dan kau tak mengucap sepatah kata
pun padaku dalam lajumu.
hanya lurus meniti jalan yg ada
didepan matamu.
dengan mimik kesedihan diri,
bibirmu sedemikian pucat kawan,
sepanjang jalan kau tak henti mengisak pada
bulir peluhmu.
kau juga menyatukan erat denyut nadi
kita dalam genggam tangan seakan tak ingin kehilanganku.
kurasa sedemikian dingin merasuk ke tiap degup jantungmu
pada laju darah.
apa yg tersembunyi kawan?
bahkan sebelumnya tak pernah kau menutupi
tiap sibakan lembar hidupmu. namun apa yang kau misterikan kini?
jawab sahabatku ada apa?
hujan masih saja mengelumat dingin pada tiap rintihnya
pada jalan kita ini, kmana kan kau bawa aku?

berhenti disini teman, dengarkan aku.
merasa asingkah kau pada jalan ini,
dimana ada 2 persimpangan ditawarkan.
ya begitu juga denganku,
aku yakin kau telah mengarti denyut nadiku,
tetes peluhku, dan tiap degup tanyamu.
inilah jawabnya teman, segala telah menemu ujung
sebagaimana kita telah disampaikan di penghujung temu.
waktu kita tak banyak kawan.
ku tak ingin kita berlarut-larut dalam kesombongan
persahabatan kita yg sedang diuji dengan jalan ini.
kini kukatakan padamu, benar, kaulah yg selalu genggam tanganku
ketika kau tau aku meniti jalan yg salah,
kau, yg mewarna dlm buram
fikir saat ku khilaf
kau, yg memelukku dan membisik kasih sayang
ketika ayah dan bundaku tak ada disampingku
kau, yg menuntunku pada terang kasih
ketika kekasihku pun tak ada disampingku.
kitalah yg pernah melewati smua, kau
tak pernah menghitung takaran pamrih
pada kisah ini.
ini begitu sulit, tapi inilah jalan
yg ditawarkan kawan.
kini ambil jalan yg menjadi tuju bagimu,
dan aku kan mengambil jalanku.
kau takkan tersesat kawan
karna persahabatan ini akan hidup dan
menjadi nanar dalam hatimu yg
senantiasa menerang jalanmu.
jgn bersedih kawan, karna aku
yakin jalan ini berujung dan menjadi 1 jalur
yaitu indah. dan kita kan bertemu disitu, yakinlah ini
hanya ttg eskalasi hidup. kitalah yg kan menjadi besar
nantinya,
kitalah pengubah paradigma...

Arah

segala yang tlah aku tau makin tak kupaham tentang bagaimana menyelesaikanya.
begitu gamang bagiku,tentang tiap-tiap arah yang kupilih sebagai cara.
segala yang aku ingat makin tak kutahu bagaimana memilah-milahnya.
begitu buyar tak pasti menjadi tuju.
namun 1 hal yang aku tau,aku tak pernah berubah hanya menjadi aku
bukan menjadi keajaiban bagi harap tuk menemu selesai pada ini semua.
terlampau berat kataku bagi apapun yang terlintas sebagai ragu fikir.
hingga tiap-tiap sel bertabrakan tak menemu jalan bagi laju darah yang mengalir
membuncah tak pasti pada 1 sisi saja.
aku menujumu,hanya menujumu.tapi amsal kenyataan yang ditawar pada ketidaktahuanku berbeda
aku mencintamu,bahkan sangat-sangat mencintamu.tapi aku tak pernah tau bagaimana tuk meraihmu
kebodohan tanpa batas itu begitu menjelaga dalam ruang pasti hatiku
selamanya aku hanya bisa sendiri menela'ah segala diri
hidup tanpa airmata,cinta dan rasa
naif memang mengatakan aku hidup tak berhiaskan airmata
tapi bagiku itu omong kosong
menjadikan 1 subjek sebagai pelampiasan
bagiku meratapi muanya adalah dengan 1 langkah berdiri lalu maju menuju apa yang telah menjadi gagal pada hidup
menunduklah jika kau terlalu lelah menengadah pada pasti
liat dengan jelas apa yang ada dalam tiap jalanmu
maka maknailah segala diri kan menyelesaikan mua takdir hanya sendiri
tidak dia,tidak juga siapapun
HANYA SENDIRI